Translate To

Kamis, 11 April 2013

Perkandangan Kambing dan Domba


PERKANDANGAN KAMBING DAN DOMBA
Kandang berfungsi sebagai tempat tinggal ternak untuk melindungi dari pengaruh buruk iklim (hujan, panas, angin, temperatur) dan gangguan lainnya seperti hewan liar dan pencurian ternak. Agar ternak dapat berproduksi secara optimal maka kandang harus mampu memberikan tempat yang nyaman bagi ternak. Dalam pembuatan kandang ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan yaitu faktor biologis, faktor teknis dan ekonomis. Masing-masing faktor dijelaskan sebagai berikut:

1. Faktor Biologis
Faktor biologis ternak yang perlu di pertimbangkan adalah sensitifi tas respon ternak terhadap unsur iklim. Misal ternak yang sensitif terhada panas maka perlu merancang kandang agar tidak menyebabkan iklim didalam kandang panas. Hal ini bertujuan agar ternak dapat berproduksi secara optimal.

2. Faktor Teknis
Kandang ternak perlu dibuat kuat agar dapan memberikan fungsi dengan baik. Konstruksi, bahan dan tata letak bangunan harus di hitung berdasarkan perhitungan arisitektur yang sesuai.

3. Faktor Ekonomis
Tujuan pemeliharaan ternak adalah memberikan nilai ekonomi bagi peternak pemeliharanya. Semua faktor dalam proses pengelolaan ternak juga harus dipertimbangkan secara ekonomi. Kandang yang merupakan investasi tetap dan jangka panjang harus dibuat yang kuat tetapi menggunakan bahan bangunan yang tidak terlalu mahal. Efi siensi penggunaan bangunan dilakukan dengan mengatur tata letak, dan merancang kapasitas bangunan dengan baik. Peralatan diperlukan peternak sebagai wahana kegiatan budidaya ternak dan alat bantu untuk meningkatkan produktifitas peternak yang berfungsi menurunkan biaya tenaga kerja. Sebagai wahana kegiatan budidaya peralatan terdiri dari tempat pakan, minum, peralatan kesehatan
ternak dll. Peralatan peningkat produktifitas terdiri dari mesin pembuatan pakan, alat transportasi, mesin pemanen hasil ternak dll.
Selama ini petani ini petani dalam membuat kandang belum sampai kepada pemikiran-pemikiran di atas terutama pada ternak yang diusahakan secara tradisional. Kendala yang ada di tingkat petani sampai saat ini dalam pengembangan pertanian khususnya peternakan adalah :
·         Petani peternak masih berpola tradisional
·         Kurang informasi dan tidak mau mencari informasi
·         Tidak ada motivasi untuk maju
·         Kurangnya pengertian tentang perkandangan bagi keberhasilan   usaha ternak domba
·         Belum fahan dan belum menyadari dampak kesehatan bagi peternak dalam mengelola perkandangan yang baik
·         Kelompok tani belum berfungsi optimal
·         Belum adanya pemupukan modal di tingkat kelompok
·         Terjadinya krisis kepercayaan di tubuh kelompok
·         Kebiasaan turun temurun, lamban dalam menerima perubahan.

Fungsi kandang
Seperti halnya rumah bagi manusia, fungsi kangang adalah sebagai tempat istirahat yang nyaman, maka bangunan kandang perlu direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan kandang mampu memenuhi fungsi yang diharapkan. Menurut Cahyono (1998), secara fungsional, kandang bertujuan untuk
·         Melindungi ternak dari hewan pemangsa (predator)
·         Melindungi ternak dari cekaman iklim terutama radiasi matahari yang tinggi, hujan deras, udara dingin, hembusan angin kencang, dan lain-lain
·         Mencegah ternak tidak merusak tanaman lain disekitarnya ;
·         Memfasilitasi ternak untuk tidur dan beristirahat dengan tenang ;
·         Memfasilitasi ternak dalam kegiatan reproduksi
·         Memudahkan pemeliharan sehari-hari, contohnya pemberian pakan, pengawasan terhadap penyakit, dan pemilihan atau seleksi ternak ;
·         Meningkatkan sanitasi areal peternakan dan higienitas bagi ternak dengan menampung dan memisahkan ternak dari kotorannya, sehingga mudah dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk organik (pupuk kandang).

Menurut Jones dan Friday (2008), terdapat tiga fungsi dari sistem perkandangan berdasarkan tujuan struktural perancangan, yaitu
·         Mengendalikan kalor ;
·         Mengendalikan kelembaban ; dan
·         Mengendalikan bau.

Persyaratan Teknis Kandang
          Kandang domba memerlukan persyaratan teknis yang baik, seperti;
·         Konstruksi harus diusahakan yang kuat, terutama tiang-tiangnya   meskipun menggunakan bahan bangunan sederhana;
·         Atap diusahakan dari bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap   panas yang relatif kecil. Untuk lokasi kandang di daerah panas dapat menggunakan atap rumbia atau ilalang; sedangkan di daerah dingin dapat menggunakan atap seng;
·         Dinding harus diusahakan dari bahan bangunan seperti bambu yang  dianyam dan ventilasinya harus diperhitungkan supaya pertukaran/sirkulasi udara berlangsung dengan baik tanpa mengganggu kenyamanan dan kesehatan ternak.



Macam-macam Kandang, Standar (bentuk, ukuran) dan kegunaannya;
A. KANDANG INDUK 
1). Kandang induk masa kering
Bentuk kandang induk masa kering atau induk yang sedang tidak bunting dan induk tersebut siap untuk dikawinkan kembali, maka dibuat dengan menggunakan bentuk sistem“kandang koloni atau berkelompok”. Kandang koloni fungsinya sebagai kandang perkawinan bisa dibuat dengan berbagai macam bentuk: v      Satu ruangan dibuat memanjang tanpa adanya penyekatan dengan diberi pintu pada masing-masing bagian ujung kandang untuk keluar masuknya ternakv      Satu ruangan dibuat memanjang dengan dilakukan penyekatan pada bagian tengah ruangan kandang dengan diberi pintu pada masing-masing bagian ujung kandang untuk keluar masuknya ternakv    Satu ruangan dibuat memanjang dengan dilakukan penyekatan menjadi beberapa sekat ruangan kecil yang dapat menampung 5-10 ekor ternak dengan ukuran 3x5 meter, dimana pada masing-masing ruangan sekat kandang tersebut diberi pintu untuk keluar masuknya ternak. 

2). Kandang induk bunting (bersalin) dan menyusui
Bentuk kandang induk yang sedang bunting lebih dari tiga bulan dan dan induk yang sedang mengasuh anak atau menyusui dibuat dengan sistem tipe “kandang tunggal atau individu”. Ukuran kandang bersalin 1 x 1 m sampai 1,5 x 1,5 m.

B. KANDANG PEJANTAN
Bentuk kandang pejantan dibuat dengan system tipe “kandang tunggal atau individu”. Bahan yang digunakan sebaiknya menggunakan kayu yang kuat, pintu kandang dibuat dengan sistem pintu slot atau bisa dibongkar pasang pada saat untuk mengeluar masukkan  ternak,  jarak  antar  selot  20-30 cm.  Ukuran  kandang  pejantan  1 x 1 m sampai 1,5 x 1,5 m.
C. KANDANG SAPIHAN
Bentuk kandang sapihan baik jantan maupun betina dibuat dengan bentuk tipe “kandang tunggal atau individu” dan “kandang koloni atau berkelompok” dengan dilakukan penyekatan menjadi beberapa sekat ruangan kecil yang dapat menampung 5-10 ekor ternak.

D. KANDANG PENGGEMUKAN.
Bentuk kandang penggemukan dibuat dengan sistem tipe “kandang tunggal atau individu” dengan ukuran antara 50 x 50 cm sampai 75 x 75 cm.

E. KANDANG KARANTINA
Bentuk kandang karantina dibuat dengan bentuk tipe “kandang tunggal atau individu”dan “kandang koloni atau berkelompok”. Fungsi kandang karantina ini digunakan sebagai tempat penampungan sementara ternak-ternak yang sakit, ternak yang baru datang dan ternak yang diafkir, dimana semua ternak yang ada dikarantina ini akan diberi perlakuan khusus sesuai kondisinya (SP).

Umumnya, kandang ternak di Indonesia diarahkan untuk mengefisienkan investasi peternakan, baik secara teknis maupun ekonomis. Kondisi tersebut salah satunya dicirikan dengan bentuk konstruksi kandang yang sederhana dan tersusun dari material kontruksi dengan beban finansial yang rendah, mudah diperoleh, dan memiliki tingkat ketersediaan yang tinggi. Saat ini, material kayu masih menjadi alternatif utama dalam pemilihan material, baik konstruksi permukiman, pertanian, peternakan, perkebunan, dan perindustrian skala kecil (Deptan, 2006).
Material kayu dengan massa jenis yang rendah, memberikan keuntungan lain, dimana tingkat kesulitan perancangan menjadi berkurang, sehingga dapat meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga kerja. Terdapat pertimbangan lain terhadap aplikasi bangunan kandang yang mengarah pada karakteristik iklim di Indonesia, yang identik dengan iklim tropis lembab, yang dicirikan dengan dua jenis musim. Kondisi tersebut perlu dijadikan pertimbangan terhadap aplikasi bangunan kandang untuk meningkatkan efektifitas peredaman cekaman iklim. Karakteristik iklim tropis lembab dicirikan dengan intensitas radiasi matahari, suhu, dan kelembaban udara yang tinggi. Menurut Soegijanto (1999), karakteristik iklim tropis lembab yang lebih spesifik dapat dinyatakan sebagai berikut :
1.      Suhu udara rata-rata maksimum antara 27 ºC dan 32 ºC, sedangkan suhu udara rata-rata minimum antara 20 ºC dan 23 ºC. Perubahan suhu udara diurnal mencapai 8 ºC, sedangkan perubahan suhu udara annualnya relatif kecil ;
2.      Kelembaban relatif rata-rata antara 75% dan 80% ;
3.      Curah hujan berkisar antara 1.000 dan 5.000 mm/tahun ;
4.      Umumnya, kondisi langit pada zona khatulistiwa memiliki intensitas awan yang tinggi dengan jumlah awan antara 60% dan 90% ;
5.      Luminasi langit untuk jenis langit yang seluruhnya tertutupi awan tipis mencapai lebih dari 7.000 kandela/m2, sedangkan untuk jenis langit yang seluruhnya tertutup awan tebal sekitar 850 kandela/m2 ;
6.      Radiasi matahari harian rata-rata mencapai 400 W/m2, dengan perbedaan setiap bulannya yang relatif kecil ;
7.      Kecepatan angin rata-rata adalah rendah, sekitar 2 sampai 4 m/s.

Kandang ternak di Indonesia umumnya menerapkan sistem ventilasi alami, yang mengandalkan proses fisik yang terjadi di lingkungan luar, khususnya melalui pergerakan angin dan perbedaan suhu, dengan tujuan untuk memenuhi sirkulasi dan distribusi udara di dalam kandang. Dengan menerapkan sistem ventilasi alami, maka resiko kecelakaan pada ternak menjadi berkurang (Yusop, 2006). Namun, pada kenyataannya, penerapan sistem ventilasi alami membutuhkan pertimbangan yang teliti dan selektif, terutama pada variabel-variabel iklim yang berhubungan dengan sistem ventilasi alami.
Fluktuasi iklim di sekitar kandang merupakan salah satu faktor yang memengaruhi efektivitas sistem ventilasi alami. Fluktuasi iklim juga dapat menyebabkan cekaman panas saat siang hari dan cekaman dingin, mulai sore sampai menjelang pagi hari. Metode pengendalian iklim yang mengandalkan proses fisik di lingkungan luar, identik dengan metode pengendalian pasif. Metode pengendalian pasif tidak selalu dapat mengubah iklim yang diharapkan sepanjang hari, dikarenakan adanya keterbatasan sifat-sifat material konstruksi kandang, terutama sifat termofisika material (Soegijanto, 1999).

Tabel 1 Perbedaan Antara Kandang Pengendalian Aktif dan Pengendalian Pasif
No.
Parameter
Bentuk Pengendalian
Aktif
Pasif
1.
Prinsip pengendalian
Mekanik
Termofisik
2.
Tingkat kesulitan perancangan
Sedang à berat
Ringan
3.
Pengaruh lingkungan sekitar
Relatif rendah
Tinggi
4.
Karakteristik rekayasa iklim mikro
Konstan
Fluktuatif
5.
Pertambahan berat badan ternak
Ideal
Ideal
6.
Resiko kecelakaan
Sedang à tinggi
Ringan
7.
Kesesuaian terhadap iklim tropis
Sangat baik
Baik
8.
Konsumsi energi listrik
Sedang à tinggi
Sangat rendah
9.
Frekuensi pemeliharaan kandang
Sedang à tinggi
Sangat rendah
10.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
Sedang à tinggi
Sangat rendah
11.
Beban investasi
Sedang à tinggi
Sangat rendah
12.
Aplikasi terhadap peternak Indonesia
Sulit
Mudah
Sumber : Soegijanto (1999)

Kandang dengan metode pengendalian iklim secara pasif, memberikan toleransi dengan berinteraksi melalui proses-proses fisika lingkungan, dalam upaya pengubahan iklim mikro di dalam kandang. Pengubahan iklim mikro di dalam bangunan sejalan dengan fluktuasi di lingkungan luar bangunan, dengan intensitas yang berbeda pada parameter iklim mikro yang spesifik. Fluktuasi iklim di lingkungan luar dapat memengaruhi iklim mikro di dalam kandang, serta sistem metabolisme ternak, dalam kaitannya terhadap konsep termonetral.
Menurut Cahyono (1998), klasifikasi kandang berdasarkan tipe atap ditujukan untuk pola sirkulasi udara di dalam kandang, sedangkan klasifikasi kandang berdasarkan tipe lantai ditujukan untuk efektivitas sanitasi dan higienitas kandang  Klasifikasi kandang berdasarkan orientasi arah perancangan dinding (vertikal, horizontal, ataupun diagonal), pada dasarnya tidak memberikan perbedaaan nyata terhadap karakteristik pengubahan iklim mikro. Namun, adanya rongga udara pada dinding dapat memengaruhi ventilasi di dalam kandang, dimana rongga udara dapat berfungsi sebagai ventilator, yang memungkinkan terjadinya sirkulasi udara melalui rongga tersebut (Bartali, 1999).

Menurut Jones dan Friday (2008), klasifikasi kandang berdasarkan sistem ventilasi alami, antara lain  
1.      small housing unit dirancang dengan jumlah populasi ternak yang rendah ;
2.      open front building digunakan untuk ternak dengan spesifikasi berat tubuh di atas 300 kg ;
3.      modified open front building merupakan jenis kandang modifikasi yang menerapkan mekanisme buka tutup pada sistem ventilasi, untuk mengefektifkan kinerja sirkulasi dan distribusi udara di dalam kandang

Konsep tata ruang bangunan dalam kawasan peternakan memiliki peranan penting pada karakteristik pengubahan iklim mikro, khususnya pada kawasan peternakan yang didominasi oleh kandang pengendalian pasif (Jones dan Friday, 2008). Sebagai salah satu bagian dari penataan ruang kawasan peternakan, orientasi lokasi dan arah kandang dapat ditentukan melalui pendekatan pada karakteristik iklim. Konsep penataan ruang kawasan peternakan dapat didekati melalui orientasi kandang terhadap pergerakan angin dan orientasi kandang terhadap pergerakan matahari. Akses transportasi kawasan peternakan juga memberikan andil yang besar terhadap efisiensi waktu dan tenaga kerja selama kegiatan operasional peternakan.
Penataan kandang juga dapat dispesifikkan dengan pertimbangan pada produk utama peternakan (Bartali, 1999). Produk-produk ekonomis tinggi yang dihasilkan dari peternakan domba yaitu daging merah dan wool. Umumnya, peternakan domba di Indonesia dicirikan dengan produk daging merah sebagai produk utama, yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan wool, sehingga surplus finansial yang diperoleh relatif lebih besar.


Tabel 2 Karakteristik Suhu Bola Kering dan Kelembaban Relatif
Tiap-tiap Aktivitas Ternak (Umum)
No.
Jenis Aktivitas
Suhu (°C)
Kelembaban Relatif (%)
1.
Istirahat/pemberian pakan
10-17
60-80
2.
Perawatan ternak muda
20-22
60-80
3.
Perawatan ternak remaja
10-17
60-80
4.
Penggemukkan
10-17
60-80
5.
Penyapihan
18-22
60-80
Sumber : Bartali (1999)

Menurut Bartali (1999), setiap jenis aktivitas ternak memiliki karakteristik iklim yang spesifik, terutama pada suhu bola kering dan kelembaban relatif, dimana karakteristik iklim yang sesuai dapat meningkatkan produktivitas kegiatan operasional. Manfaat lain dari upaya sinkronisasi kegiatan operasional terhadap spesifikasi aktivitas ternak yang didasari oleh karakteristik iklim, juga dapat meningkatkan sanitasi dan higienitas kandang (Tabel 2).
Menurut Bartali (1999), aktivitas ternak yang dapat dispesifikkan yaitu :
1.                  Aktivitas istirahat dan konsumsi terdiri dari makan dan minum ;
2.                  Aktivitas perawatan anak ;
3.                  Aktivitas penyapihan, yaitu pemisahan ternak muda dari induknya ;
4.                  Aktivitas penggemukkan ;
5.                  Aktivitas karantina untuk perawatan ternak yang sakit ;
6.                  Aktivitas produksi untuk memperoleh daging maupun wool.

Contoh rancangan penataan ruang dengan produk utama daging merah, dan dispesifikkan pada aktivitas ternak, serta turut mempertimbangkan akses transportasi yang mendukung kinerja operasional, disajikan pada Gambar 6.
Konsep tata ruang bangunan dalam kawasan peternakan memiliki peranan penting pada karakteristik pengubahan iklim mikro, khususnya pada kawasan peternakan yang didominasi oleh kandang pengendalian pasif (Jones dan Friday, 2008).
Sebagai salah satu bagian dari penataan ruang kawasan peternakan, orientasi lokasi dan arah kandang dapat ditentukan melalui pendekatan pada karakteristik iklim. Konsep penataan ruang kawasan peternakan dapat didekati melalui orientasi kandang terhadap pergerakan angin dan orientasi kandang terhadap pergerakan matahari. Akses transportasi kawasan peternakan juga memberikan andil yang besar terhadap efisiensi waktu dan tenaga kerja selama kegiatan operasional peternakan.
Penataan kandang juga dapat dispesifikkan dengan pertimbangan pada produk utama peternakan (Bartali, 1999). Produk-produk ekonomis tinggi yang dihasilkan dari peternakan domba yaitu daging merah dan wool. Umumnya, peternakan domba di Indonesia dicirikan dengan produk daging merah sebagai produk utama, yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan wool, sehingga surplus finansial yang diperoleh relatif lebih besar.

Tabel 2 Karakteristik Suhu Bola Kering dan Kelembaban Relatif
Tiap-tiap Aktivitas Ternak (Umum)
No.
Jenis Aktivitas
Suhu (°C)
Kelembaban Relatif (%)
1.
Istirahat/pemberian pakan
10-17
60-80
2.
Perawatan ternak muda
20-22
60-80
3.
Perawatan ternak remaja
10-17
60-80
4.
Penggemukkan
10-17
60-80
5.
Penyapihan
18-22
60-80
                                                Sumber : Bartali (1999)               

Menurut Bartali (1999), aktivitas ternak yang dapat dispesifikkan yaitu :
1.                  Aktivitas istirahat dan konsumsi terdiri dari makan dan minum ;
2.                  Aktivitas perawatan anak ;
3.                  Aktivitas penyapihan, yaitu pemisahan ternak muda dari induknya ;
4.                  Aktivitas penggemukkan ;
5.                  Aktivitas karantina untuk perawatan ternak yang sakit ;
6.                  Aktivitas produksi untuk memperoleh daging maupun wool.


Contoh rancangan penataan ruang dengan produk utama daging merah, dan dispesifikkan pada aktivitas ternak, serta turut mempertimbangkan akses transportasi yang mendukung kinerja operasional.



Perlengkapan Kandang
                 Perlengkapan kandang domba sangat dianjurkan tersedi, agar dalam pengelolaan yang berkaitan dengan tatalaksana dapat dicapai secara efisien. Diantaranya yang paling pokok adalah :
a)       Tempat pakan/palung pakan;
Merupakan tempat pakan dalam kandang, dimana harus dibuat sedemikian rupa sehingga bahan pakan hijauan yang diberikan untuk ternak domba tidak tercecer. Pada palung juga perlu disediakan ember untuk air minum.

b)      Gudang Pakan
Merupakan tempat untuk menyimpan sementara pakan yang belum siap disajikan ke ternak.  Hijauan pakan yaqng disimpan dalam gudang sebaiknya tidak dalam ikatan, agar tidak mengalami fermentasi yang menimbulkan panas dan akan mengurangi kualitas hijauan pakan ternak. Hijauan pakan yang dilayukan nilainya akan lebih baik untuk ternak domba dibandingkan dengan yang baru dan masih lembab. Pakan penguat hendaknya disimpan pada tempat yang terhindar dari proses pembusukan dan serangan hama.

c)       Tempat Umbaran
Merupakan kelengkapan dari sistim perkandangan domba yang baik. Domba dimasukkan ke tempat umbaran pada saat kandang sedang dibersihkan. Tempat ini juga berfungsi sebagai tempat represhing (penyegaran), tempat olahraga bagi ternak. Untuk ternak domba yang tidak digembalakan perlu bermain di tempat umbaran secara teratur, agar kesehatannya terjaga. Kesulitan induk melahirkan adalah salah satu contoh yang sering terjadi di tingkat petani karena ternak domba sedang bunting kurang olahraga/gerak.

d)      Tempat kotoran/kompos
Merupakan salah satu perlengkapan yang sudah sewajarnya tersedia. Pada kandang tipe lemprak yang digunakan sebagai kandang domba kereman atau yang digemukkan, sisa pakan dan kotoran akan menumpuk jadi satu dan sangat mengganggu  kesehatan ternak domba. Pada kandang tipe panggung kotoran tertumpuk pada kolong lantai kandang , agar kotoran dapat jatuh ke bawah, maka lantai harus dibuat, diatur tidak terlalu rapat, cukup bersela kurang lebih 1,5- 2 cm.

Letak Kandang
Sesuai dengan fungsinya kandang harus menjamin ternak domba agar nyaman serta hidup sehat.  Kandang juga harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu lingkungan, terutama masyarakat sekitar; oleh karena itu kandang domba harus direncanakan dapat memenuhi syarat, seperti :
a). Kandang dibuat di daerah yang relatif lebih tinggi dari daerah sekitarnya, tidak lembab, lebih jauh dari kebisingan;
b). Aliran/sirkulasi udara segar, terhindar dari aliran udara yang kencang;
c). Sinar matahari pagi bebas masuk kandang, tetapi pada siang hari tidak sampai masuk ke dalam kandang;
d). Agak jauh dari lokasi pemukiman, serta masyarakat tidak merasa terganggu (utamanya untuk yang sudah masuk kategori perusahaan); tergangtung kesepakatan dengan lingkungan masyarakat;
e). Lokasi dianjurkan jauh dari sumber air minum yang digunakan oleh masyarakat sekitar, sehinggakotoran domba tidak mencemari, baik secara langsung maupun lewat rembesan;
f). Usahakan lokasi kandang jauh dari tempat keramaian seperti : jalan raya, pasar, pabrik/RMU agar ketenangan ternak domba terjaga.



Tipe dan Model Kandang
Pada hakekatnya tipe dan model kandang untuk ternak domba yang umum dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
A). Tipe Kandang Panggung
Kandang tipe panggung merupakan kandang yang konstruksi lantainya dibuat sistim panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran yang terkumpul di bawah lantai. Kolong dibuat berlubang atau digali lebih rendah daripada permukaan tanah sehingga kotoran dan air kencing tidak berceceran.
Alas kandang domba sebaiknya terbuat dari kayu atau bambu yang sudah diawetkan supaya tahan terhadap kelapukan. Celah lantai panggung dibuat kurang lebih 1,50 - 2 cm, agar kotoran dapat jatuh ke bawah, tetapi kaki domba tidak sampai terperosok. Kandang panggung yang terawat baik domba akan terlihat bersih dan sehat-sehat.
Dinding kandang yang rapat sebaiknya dibuat setinggi 70 - 80 cm (ukuran tinggi penyekat) agar ternak domba di dalam kandang terhindar dari angin kencang. Selanjutnya di atas ketinggian 70 - 80 cm, dinding dibuat bercelah agar udara dapat masuk bebas dan sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang.
Tinggi panggung dari tanah dapat dibuat minimal 50 – 70 cm. Tinggi ruang utama dari alas sampai atap kurang lebih 2 meter.  Pada kandang dobel, palung pakan dibuat di tengah kandang, sehingga meski tinggi panggung 2 meter, petani peternak akan lebih mudah memberikan pakan dan minum lewat jalan di atas lantai tengah. Ukuran alas palung pakan 25 – 40 cm, lebar bagian atas 40 – 50 cm, tinggi atau dalam palung 30 – 40 cm.
Lubang untuk masuk kepala domba mencapai pakan antara 20 – 25 cm. Palung pakan harus dibuat rapat, agar bahan pakan yang diberikan tidak tercecer keluar.



Kandang panggung bersekat secara individu untuk tujuan penggemukan, biasanya yang digemukkan adalah pejantan. Tujuan disekat-sekat dengan ukuran 50 cm x 120 cm per ekor yang dilengkapi tempat pakan dan minum. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kesehatan ternak serta membatasi domba bergerak secara leluasa.
Kebutuhan ruang (ekor/cm2) Kambing/domba berdasarkan status fisiologis ternak dan umur (bulan) ternak.
No.
Status Fisiologis Ternak
Umur
(bulan)
Ukuran
(Ekor/cm2)
1.
Jantan dewasa
> 12
100 cm x 120 cm
2.
Betina dewasa
> 12
100 cm x 100 cm
3.
Induk menyusui + jumlah anak (0 – 3 bulan/ekor)
> 12
100 cm x 100 cm + jumlah anak x (50 cm x 100 cm)
4.
Anak Sapihan
3 - 7
50 cm x 100 cm
5.
Jantan/betina muda
7 - 12
75 cm x 100 cm
6.
Jantan bakalan untuk penggemukan
+ 12
50 cm x 120 cm


B). Tipe kandang Lemprak.
Kandang tipe lemprak merupakan kandang yang umum digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralaskan kotoran dan sisa-sisa pakan hijauan. Kandang juga tidak dilengkapi dengan palung pakan, dalam menyajikan pakan hanya diserakkan  di atas lantai. Pemberian pakan umumnya berlebihan, sehingga didapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan dibongkar setelah 3 - 6 bulan kemudian.



 Informasi Penunjang 
Sistem perkandangan merupakan salah satu sub sistem dari Sub sistem teknologi produksiternak domba ditinjau dari segi / bidang agribisnis; sedangkan sub sistem teknologi produksimerupakan salah satu dari sistem agribisnis. Sub Sistem Teknologi Produksi yang dimaksud adalah :
1). Teknologi Pembibitan dan Reproduksi ternak,
2). Teknologi Pakan,
3). Tatalaksana / pengelolaan Sistem Perkandangan,
4).Pengendalian / pencegahan dan pengobatan penyakit ternak,
5). Panen,
6). Pasca panen,
7). Pemasaran hasil
         
Sistem adalah serangkaian kegiatan yang merupakan satu kesatuan utuh, dan sistem terdiri dari sub sistem - sub sistem, diantara sub sistem-sub sistem terjadi saling keterkaitan yang mempunyai fungsi berbeda tetapi tidak bisa terpisahkan (harus utuh).    Sub sistem teknologi produksi tersebut di atas juga merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisah-pisahkan, kesemuanya saling terkait, kesemuanya penting. Selanjutnya Sistem Agribisnis minimal terdiri dari empat (4) sub sistem, yaitu :
1).Sub Sistem Pengadaan dan Penyaluran Saprodi/Sapronak;
2). Sub Sistem Teknologi Produksi;
3). Sub Sistem Panen dan Pasca Panen;
4). Sub Sistem Pemasaran Hasil.