PERKANDANGAN
KAMBING DAN DOMBA
Kandang
berfungsi sebagai tempat tinggal ternak untuk melindungi dari pengaruh buruk
iklim (hujan, panas, angin, temperatur) dan gangguan lainnya seperti hewan liar
dan pencurian ternak. Agar ternak dapat berproduksi secara optimal maka kandang
harus mampu memberikan tempat yang nyaman bagi ternak. Dalam pembuatan kandang
ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan yaitu faktor biologis, faktor teknis
dan ekonomis. Masing-masing faktor dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis ternak yang perlu
di pertimbangkan adalah sensitifi tas respon ternak terhadap unsur iklim. Misal
ternak yang sensitif terhada panas maka perlu merancang kandang agar tidak
menyebabkan iklim didalam kandang panas. Hal ini bertujuan agar ternak dapat
berproduksi secara optimal.
2. Faktor Teknis
Kandang ternak perlu dibuat kuat
agar dapan memberikan fungsi dengan baik. Konstruksi, bahan dan tata letak
bangunan harus di hitung berdasarkan perhitungan arisitektur yang sesuai.
3. Faktor Ekonomis
Tujuan pemeliharaan ternak adalah
memberikan nilai ekonomi bagi peternak pemeliharanya. Semua faktor dalam proses
pengelolaan ternak juga harus dipertimbangkan secara ekonomi. Kandang yang
merupakan investasi tetap dan jangka panjang harus dibuat yang kuat tetapi
menggunakan bahan bangunan yang tidak terlalu mahal. Efi siensi penggunaan
bangunan dilakukan dengan mengatur tata letak, dan merancang kapasitas bangunan
dengan baik. Peralatan diperlukan peternak sebagai wahana kegiatan budidaya
ternak dan alat bantu untuk meningkatkan produktifitas peternak yang berfungsi
menurunkan biaya tenaga kerja. Sebagai wahana kegiatan budidaya peralatan
terdiri dari tempat pakan, minum, peralatan kesehatan
ternak dll. Peralatan peningkat
produktifitas terdiri dari mesin pembuatan pakan, alat transportasi, mesin
pemanen hasil ternak dll.
Selama ini petani ini petani dalam membuat kandang belum sampai kepada
pemikiran-pemikiran di atas terutama pada ternak yang diusahakan secara
tradisional. Kendala yang ada di tingkat petani sampai saat ini dalam
pengembangan pertanian khususnya peternakan adalah :
·
Petani
peternak masih berpola tradisional
·
Kurang
informasi dan tidak mau mencari informasi
·
Tidak ada
motivasi untuk maju
·
Kurangnya
pengertian tentang perkandangan bagi keberhasilan usaha ternak
domba
·
Belum fahan
dan belum menyadari dampak kesehatan bagi peternak dalam mengelola perkandangan
yang baik
·
Kelompok tani
belum berfungsi optimal
·
Belum adanya
pemupukan modal di tingkat kelompok
·
Terjadinya
krisis kepercayaan di tubuh kelompok
·
Kebiasaan
turun temurun, lamban dalam menerima perubahan.
Fungsi kandang
Seperti halnya rumah bagi manusia, fungsi kangang adalah sebagai tempat
istirahat yang nyaman, maka bangunan kandang perlu direncanakan sedemikian rupa
sehingga bangunan kandang mampu memenuhi fungsi yang diharapkan. Menurut Cahyono (1998), secara fungsional,
kandang bertujuan untuk
·
Melindungi ternak dari hewan pemangsa (predator)
·
Melindungi ternak dari cekaman iklim terutama radiasi
matahari yang tinggi, hujan deras, udara dingin, hembusan angin kencang, dan
lain-lain
·
Mencegah ternak tidak merusak tanaman lain disekitarnya ;
·
Memfasilitasi ternak untuk tidur dan beristirahat dengan
tenang ;
·
Memfasilitasi ternak dalam kegiatan reproduksi
·
Memudahkan pemeliharan sehari-hari, contohnya pemberian
pakan, pengawasan terhadap penyakit, dan pemilihan atau seleksi ternak ;
·
Meningkatkan sanitasi areal peternakan dan higienitas bagi
ternak dengan menampung dan memisahkan ternak dari kotorannya, sehingga mudah
dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk organik (pupuk kandang).
Menurut Jones dan Friday (2008),
terdapat tiga fungsi dari sistem perkandangan berdasarkan tujuan struktural
perancangan, yaitu
·
Mengendalikan kalor ;
·
Mengendalikan kelembaban ; dan
·
Mengendalikan bau.
Persyaratan Teknis Kandang
Kandang domba
memerlukan persyaratan teknis yang baik, seperti;
·
Konstruksi
harus diusahakan yang kuat, terutama tiang-tiangnya meskipun menggunakan
bahan bangunan sederhana;
·
Atap
diusahakan dari bahan atap yang ringan dan memiliki daya serap
panas yang relatif kecil. Untuk lokasi kandang di daerah panas dapat menggunakan
atap rumbia atau ilalang; sedangkan di daerah dingin dapat menggunakan atap
seng;
·
Dinding harus
diusahakan dari bahan bangunan seperti bambu yang dianyam dan
ventilasinya harus diperhitungkan supaya pertukaran/sirkulasi udara berlangsung
dengan baik tanpa mengganggu kenyamanan dan kesehatan ternak.
Macam-macam Kandang, Standar
(bentuk, ukuran) dan kegunaannya;
A. KANDANG INDUK
1). Kandang induk masa kering
Bentuk kandang induk masa kering
atau induk yang sedang tidak bunting dan induk tersebut siap untuk dikawinkan
kembali, maka dibuat dengan menggunakan bentuk sistem“kandang koloni atau
berkelompok”. Kandang koloni fungsinya sebagai kandang perkawinan bisa
dibuat dengan berbagai macam
bentuk: v Satu ruangan dibuat memanjang
tanpa adanya penyekatan dengan diberi pintu pada masing-masing bagian ujung
kandang untuk keluar masuknya ternakv Satu
ruangan dibuat memanjang dengan dilakukan penyekatan pada bagian tengah ruangan
kandang dengan diberi pintu pada masing-masing bagian ujung kandang untuk
keluar masuknya ternakv Satu ruangan dibuat memanjang
dengan dilakukan penyekatan menjadi beberapa sekat ruangan kecil yang dapat
menampung 5-10 ekor ternak dengan ukuran 3x5 meter, dimana pada masing-masing
ruangan sekat kandang tersebut diberi pintu untuk keluar masuknya ternak.
2). Kandang induk bunting (bersalin)
dan menyusui
Bentuk kandang induk yang sedang
bunting lebih dari tiga bulan dan dan induk yang sedang mengasuh anak atau
menyusui dibuat dengan sistem tipe “kandang tunggal atau individu”.
Ukuran kandang bersalin 1 x 1 m sampai 1,5 x 1,5 m.
B. KANDANG PEJANTAN
Bentuk kandang pejantan dibuat
dengan system tipe “kandang tunggal atau individu”. Bahan yang
digunakan sebaiknya menggunakan kayu yang kuat, pintu kandang dibuat dengan
sistem pintu slot atau bisa dibongkar pasang pada saat untuk mengeluar
masukkan ternak, jarak antar selot 20-30
cm. Ukuran kandang pejantan 1 x 1 m
sampai 1,5 x 1,5 m.
C. KANDANG SAPIHAN
Bentuk kandang sapihan baik jantan
maupun betina dibuat dengan bentuk tipe “kandang tunggal atau individu” dan “kandang
koloni atau berkelompok” dengan dilakukan penyekatan
menjadi beberapa sekat ruangan kecil yang dapat menampung 5-10 ekor ternak.
D. KANDANG PENGGEMUKAN.
Bentuk kandang penggemukan dibuat
dengan sistem tipe “kandang tunggal atau individu” dengan
ukuran antara 50 x 50 cm sampai 75 x 75 cm.
E. KANDANG KARANTINA
Bentuk kandang karantina dibuat
dengan bentuk tipe “kandang tunggal atau individu”dan “kandang
koloni atau berkelompok”. Fungsi kandang karantina ini
digunakan sebagai tempat penampungan sementara ternak-ternak yang sakit, ternak
yang baru datang dan ternak yang diafkir, dimana semua ternak yang ada
dikarantina ini akan diberi perlakuan khusus sesuai kondisinya (SP).
Umumnya, kandang ternak di Indonesia
diarahkan untuk mengefisienkan investasi peternakan, baik secara teknis maupun
ekonomis. Kondisi tersebut salah satunya dicirikan dengan bentuk konstruksi
kandang yang sederhana dan tersusun dari material kontruksi dengan beban
finansial yang rendah, mudah diperoleh, dan memiliki tingkat ketersediaan yang
tinggi. Saat ini, material kayu masih menjadi alternatif utama dalam pemilihan
material, baik konstruksi permukiman, pertanian, peternakan, perkebunan, dan
perindustrian skala kecil (Deptan, 2006).
Material kayu dengan massa jenis
yang rendah, memberikan keuntungan lain, dimana tingkat kesulitan perancangan
menjadi berkurang, sehingga dapat meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga
kerja. Terdapat pertimbangan lain terhadap aplikasi bangunan kandang yang
mengarah pada karakteristik iklim di Indonesia, yang identik dengan iklim
tropis lembab, yang dicirikan dengan dua jenis musim. Kondisi tersebut perlu
dijadikan pertimbangan terhadap aplikasi bangunan kandang untuk meningkatkan efektifitas
peredaman cekaman iklim. Karakteristik iklim tropis lembab dicirikan dengan
intensitas radiasi matahari, suhu, dan kelembaban udara yang tinggi. Menurut
Soegijanto (1999), karakteristik iklim tropis lembab yang lebih spesifik dapat
dinyatakan sebagai berikut :
1. Suhu udara rata-rata maksimum antara
27 ºC dan 32 ºC, sedangkan suhu udara rata-rata minimum antara 20 ºC dan 23 ºC.
Perubahan suhu udara diurnal mencapai 8 ºC, sedangkan perubahan suhu udara
annualnya relatif kecil ;
2. Kelembaban relatif rata-rata antara
75% dan 80% ;
3. Curah hujan berkisar antara 1.000
dan 5.000 mm/tahun ;
4. Umumnya, kondisi langit pada zona
khatulistiwa memiliki intensitas awan yang tinggi dengan jumlah awan antara 60%
dan 90% ;
5. Luminasi langit untuk jenis langit
yang seluruhnya tertutupi awan tipis mencapai lebih dari 7.000 kandela/m2,
sedangkan untuk jenis langit yang seluruhnya tertutup awan tebal sekitar 850
kandela/m2 ;
6. Radiasi matahari harian rata-rata
mencapai 400 W/m2, dengan perbedaan setiap bulannya yang relatif
kecil ;
7. Kecepatan angin rata-rata adalah
rendah, sekitar 2 sampai 4 m/s.
Kandang ternak di Indonesia umumnya
menerapkan sistem ventilasi alami, yang mengandalkan proses fisik yang terjadi
di lingkungan luar, khususnya melalui pergerakan angin dan perbedaan suhu,
dengan tujuan untuk memenuhi sirkulasi dan distribusi udara di dalam kandang.
Dengan menerapkan sistem ventilasi alami, maka resiko kecelakaan pada ternak
menjadi berkurang (Yusop, 2006). Namun, pada kenyataannya,
penerapan sistem ventilasi alami membutuhkan pertimbangan yang teliti dan
selektif, terutama pada variabel-variabel iklim yang berhubungan dengan sistem
ventilasi alami.
Fluktuasi iklim di sekitar kandang
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi efektivitas sistem ventilasi
alami. Fluktuasi iklim juga dapat menyebabkan cekaman panas saat siang hari dan
cekaman dingin, mulai sore sampai menjelang pagi hari. Metode pengendalian
iklim yang mengandalkan proses fisik di lingkungan luar, identik dengan metode
pengendalian pasif. Metode pengendalian pasif tidak selalu dapat mengubah iklim
yang diharapkan sepanjang hari, dikarenakan adanya keterbatasan sifat-sifat
material konstruksi kandang, terutama sifat termofisika material (Soegijanto,
1999).
Tabel 1 Perbedaan Antara Kandang
Pengendalian Aktif dan Pengendalian Pasif
No.
|
Parameter
|
Bentuk Pengendalian
|
|
Aktif
|
Pasif
|
||
1.
|
Prinsip pengendalian
|
Mekanik
|
Termofisik
|
2.
|
Tingkat kesulitan perancangan
|
Sedang à berat
|
Ringan
|
3.
|
Pengaruh lingkungan sekitar
|
Relatif rendah
|
Tinggi
|
4.
|
Karakteristik rekayasa iklim mikro
|
Konstan
|
Fluktuatif
|
5.
|
Pertambahan berat badan ternak
|
Ideal
|
Ideal
|
6.
|
Resiko kecelakaan
|
Sedang à tinggi
|
Ringan
|
7.
|
Kesesuaian terhadap iklim tropis
|
Sangat baik
|
Baik
|
8.
|
Konsumsi energi listrik
|
Sedang à tinggi
|
Sangat rendah
|
9.
|
Frekuensi pemeliharaan kandang
|
Sedang à tinggi
|
Sangat rendah
|
10.
|
Jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan
|
Sedang à tinggi
|
Sangat rendah
|
11.
|
Beban investasi
|
Sedang à tinggi
|
Sangat rendah
|
12.
|
Aplikasi terhadap peternak
Indonesia
|
Sulit
|
Mudah
|
Sumber : Soegijanto (1999)
Kandang dengan metode pengendalian
iklim secara pasif, memberikan toleransi dengan berinteraksi melalui
proses-proses fisika lingkungan, dalam upaya pengubahan iklim mikro di dalam
kandang. Pengubahan iklim mikro di dalam bangunan sejalan dengan fluktuasi di
lingkungan luar bangunan, dengan intensitas yang berbeda pada parameter iklim
mikro yang spesifik. Fluktuasi iklim di lingkungan luar dapat memengaruhi iklim
mikro di dalam kandang, serta sistem metabolisme ternak, dalam kaitannya
terhadap konsep termonetral.
Menurut Cahyono (1998), klasifikasi
kandang berdasarkan tipe atap ditujukan untuk pola sirkulasi udara di dalam
kandang, sedangkan klasifikasi kandang berdasarkan tipe lantai ditujukan untuk
efektivitas sanitasi dan higienitas kandang Klasifikasi kandang
berdasarkan orientasi arah perancangan dinding (vertikal, horizontal, ataupun
diagonal), pada dasarnya tidak memberikan perbedaaan nyata terhadap
karakteristik pengubahan iklim mikro. Namun, adanya rongga udara
pada dinding dapat memengaruhi ventilasi di dalam kandang, dimana rongga udara
dapat berfungsi sebagai ventilator, yang memungkinkan terjadinya sirkulasi
udara melalui rongga tersebut (Bartali, 1999).
Menurut
Jones dan Friday (2008), klasifikasi kandang berdasarkan sistem ventilasi
alami, antara lain
1.
small housing unit dirancang dengan jumlah
populasi ternak yang rendah ;
2.
open front building digunakan untuk ternak dengan
spesifikasi berat tubuh di atas 300 kg ;
3.
modified open front building merupakan jenis kandang
modifikasi yang menerapkan mekanisme buka tutup pada sistem ventilasi, untuk mengefektifkan
kinerja sirkulasi dan distribusi udara di dalam kandang
Konsep tata ruang bangunan dalam
kawasan peternakan memiliki peranan penting pada karakteristik pengubahan iklim
mikro, khususnya pada kawasan peternakan yang didominasi oleh kandang
pengendalian pasif (Jones dan Friday, 2008). Sebagai salah satu bagian dari
penataan ruang kawasan peternakan, orientasi lokasi dan arah kandang dapat
ditentukan melalui pendekatan pada karakteristik iklim. Konsep penataan ruang
kawasan peternakan dapat didekati melalui orientasi kandang terhadap pergerakan
angin dan orientasi kandang terhadap pergerakan matahari. Akses transportasi
kawasan peternakan juga memberikan andil yang besar terhadap efisiensi waktu
dan tenaga kerja selama kegiatan operasional peternakan.
Penataan kandang juga dapat dispesifikkan dengan
pertimbangan pada produk utama peternakan (Bartali, 1999). Produk-produk
ekonomis tinggi yang dihasilkan dari peternakan domba yaitu daging merah
dan wool. Umumnya, peternakan domba di Indonesia dicirikan dengan
produk daging merah sebagai produk utama, yang memiliki nilai jual yang lebih
tinggi dibandingkan wool, sehingga surplus finansial yang diperoleh
relatif lebih besar.
Tabel 2 Karakteristik Suhu Bola Kering
dan Kelembaban Relatif
Tiap-tiap Aktivitas Ternak (Umum)
No.
|
Jenis Aktivitas
|
Suhu (°C)
|
Kelembaban Relatif (%)
|
1.
|
Istirahat/pemberian pakan
|
10-17
|
60-80
|
2.
|
Perawatan ternak muda
|
20-22
|
60-80
|
3.
|
Perawatan ternak remaja
|
10-17
|
60-80
|
4.
|
Penggemukkan
|
10-17
|
60-80
|
5.
|
Penyapihan
|
18-22
|
60-80
|
Sumber : Bartali (1999)
Menurut Bartali (1999), setiap jenis
aktivitas ternak memiliki karakteristik iklim yang spesifik, terutama pada suhu
bola kering dan kelembaban relatif, dimana karakteristik iklim yang sesuai
dapat meningkatkan produktivitas kegiatan operasional. Manfaat lain dari upaya
sinkronisasi kegiatan operasional terhadap spesifikasi aktivitas ternak yang
didasari oleh karakteristik iklim, juga dapat meningkatkan sanitasi dan
higienitas kandang (Tabel 2).
Menurut Bartali (1999), aktivitas
ternak yang dapat dispesifikkan yaitu :
1.
Aktivitas istirahat dan konsumsi terdiri dari makan dan
minum ;
2.
Aktivitas perawatan anak ;
3.
Aktivitas penyapihan, yaitu pemisahan ternak muda dari
induknya ;
4.
Aktivitas penggemukkan ;
5.
Aktivitas karantina untuk perawatan ternak yang sakit ;
6.
Aktivitas produksi untuk memperoleh daging maupun wool.
Contoh rancangan penataan ruang
dengan produk utama daging merah, dan dispesifikkan pada aktivitas ternak,
serta turut mempertimbangkan akses transportasi yang mendukung kinerja
operasional, disajikan pada Gambar 6.
Konsep tata ruang bangunan dalam kawasan peternakan memiliki
peranan penting pada karakteristik pengubahan iklim mikro, khususnya pada
kawasan peternakan yang didominasi oleh kandang pengendalian pasif (Jones dan
Friday, 2008).
Sebagai salah satu bagian dari
penataan ruang kawasan peternakan, orientasi lokasi dan arah kandang dapat
ditentukan melalui pendekatan pada karakteristik iklim. Konsep penataan ruang
kawasan peternakan dapat didekati melalui orientasi kandang terhadap pergerakan
angin dan orientasi kandang terhadap pergerakan matahari. Akses transportasi
kawasan peternakan juga memberikan andil yang besar terhadap efisiensi waktu
dan tenaga kerja selama kegiatan operasional peternakan.
Penataan kandang juga dapat
dispesifikkan dengan pertimbangan pada produk utama peternakan (Bartali, 1999).
Produk-produk ekonomis tinggi yang dihasilkan dari peternakan domba yaitu
daging merah dan wool. Umumnya, peternakan domba di Indonesia
dicirikan dengan produk daging merah sebagai produk utama, yang memiliki nilai
jual yang lebih tinggi dibandingkan wool, sehingga surplus
finansial yang diperoleh relatif lebih besar.
Tabel 2 Karakteristik Suhu Bola Kering
dan Kelembaban Relatif
Tiap-tiap Aktivitas Ternak (Umum)
No.
|
Jenis Aktivitas
|
Suhu (°C)
|
Kelembaban Relatif (%)
|
1.
|
Istirahat/pemberian pakan
|
10-17
|
60-80
|
2.
|
Perawatan ternak muda
|
20-22
|
60-80
|
3.
|
Perawatan ternak remaja
|
10-17
|
60-80
|
4.
|
Penggemukkan
|
10-17
|
60-80
|
5.
|
Penyapihan
|
18-22
|
60-80
|
Sumber
: Bartali (1999)
Menurut Bartali (1999), aktivitas
ternak yang dapat dispesifikkan yaitu :
1.
Aktivitas istirahat dan konsumsi terdiri dari makan dan
minum ;
2.
Aktivitas perawatan anak ;
3.
Aktivitas penyapihan, yaitu pemisahan ternak muda dari
induknya ;
4.
Aktivitas penggemukkan ;
5.
Aktivitas karantina untuk perawatan ternak yang sakit ;
6.
Aktivitas produksi untuk memperoleh daging maupun wool.
Contoh rancangan penataan ruang
dengan produk utama daging merah, dan dispesifikkan pada aktivitas ternak,
serta turut mempertimbangkan akses transportasi yang mendukung kinerja
operasional.
Perlengkapan Kandang
Perlengkapan kandang domba sangat dianjurkan tersedi, agar dalam
pengelolaan yang berkaitan dengan tatalaksana dapat dicapai secara efisien.
Diantaranya yang paling pokok adalah :
a) Tempat pakan/palung pakan;
Merupakan
tempat pakan dalam kandang, dimana harus dibuat sedemikian rupa sehingga bahan
pakan hijauan yang diberikan untuk ternak domba tidak tercecer. Pada palung
juga perlu disediakan ember untuk air minum.
b) Gudang Pakan
Merupakan
tempat untuk menyimpan sementara pakan yang belum siap disajikan ke
ternak. Hijauan pakan yaqng disimpan dalam gudang sebaiknya tidak dalam
ikatan, agar tidak mengalami fermentasi yang menimbulkan panas dan akan
mengurangi kualitas hijauan pakan ternak. Hijauan pakan yang dilayukan nilainya
akan lebih baik untuk ternak domba dibandingkan dengan yang baru dan masih
lembab. Pakan penguat hendaknya disimpan pada tempat yang terhindar dari proses
pembusukan dan serangan hama.
c) Tempat Umbaran
Merupakan
kelengkapan dari sistim perkandangan domba yang baik. Domba dimasukkan ke
tempat umbaran pada saat kandang sedang dibersihkan. Tempat ini juga berfungsi
sebagai tempat represhing (penyegaran), tempat olahraga bagi ternak. Untuk
ternak domba yang tidak digembalakan perlu bermain di tempat umbaran secara
teratur, agar kesehatannya terjaga. Kesulitan induk melahirkan adalah salah
satu contoh yang sering terjadi di tingkat petani karena ternak domba sedang
bunting kurang olahraga/gerak.
d) Tempat kotoran/kompos
Merupakan
salah satu perlengkapan yang sudah sewajarnya tersedia. Pada kandang tipe
lemprak yang digunakan sebagai kandang domba kereman atau yang digemukkan, sisa
pakan dan kotoran akan menumpuk jadi satu dan sangat mengganggu kesehatan
ternak domba. Pada kandang tipe panggung kotoran tertumpuk pada kolong lantai
kandang , agar kotoran dapat jatuh ke bawah, maka lantai harus dibuat, diatur
tidak terlalu rapat, cukup bersela kurang lebih 1,5- 2 cm.
Letak Kandang
Sesuai dengan fungsinya kandang harus menjamin ternak domba agar nyaman
serta hidup sehat. Kandang juga harus memenuhi persyaratan tidak
mengganggu lingkungan, terutama masyarakat sekitar; oleh karena itu kandang
domba harus direncanakan dapat memenuhi syarat, seperti :
a). Kandang dibuat di daerah yang relatif lebih
tinggi dari daerah sekitarnya, tidak lembab, lebih jauh dari kebisingan;
b). Aliran/sirkulasi udara segar, terhindar dari
aliran udara yang kencang;
c). Sinar matahari pagi bebas masuk kandang,
tetapi pada siang hari tidak sampai masuk ke dalam kandang;
d). Agak jauh dari lokasi pemukiman, serta
masyarakat tidak merasa terganggu (utamanya untuk yang sudah masuk kategori
perusahaan); tergangtung kesepakatan dengan lingkungan masyarakat;
e). Lokasi dianjurkan jauh dari sumber air minum
yang digunakan oleh masyarakat sekitar, sehinggakotoran domba tidak mencemari,
baik secara langsung maupun lewat rembesan;
f). Usahakan lokasi kandang jauh dari tempat
keramaian seperti : jalan raya, pasar, pabrik/RMU agar ketenangan ternak domba
terjaga.
Tipe dan Model Kandang
Pada hakekatnya tipe dan model kandang untuk ternak domba yang umum dapat
dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :
A). Tipe
Kandang Panggung
Kandang tipe panggung merupakan kandang yang konstruksi lantainya dibuat
sistim panggung. Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai
penampung kotoran yang terkumpul di bawah lantai. Kolong dibuat berlubang atau digali lebih rendah daripada permukaan tanah
sehingga kotoran dan air kencing tidak berceceran.
Alas kandang domba sebaiknya terbuat dari kayu atau bambu yang sudah
diawetkan supaya tahan terhadap kelapukan. Celah lantai panggung dibuat kurang
lebih 1,50 - 2 cm, agar kotoran dapat jatuh ke bawah, tetapi kaki domba tidak
sampai terperosok. Kandang panggung yang terawat baik domba akan terlihat
bersih dan sehat-sehat.
Dinding kandang yang rapat sebaiknya dibuat setinggi 70 - 80 cm (ukuran
tinggi penyekat) agar ternak domba di dalam kandang terhindar dari angin
kencang. Selanjutnya di atas ketinggian 70 - 80 cm, dinding dibuat bercelah
agar udara dapat masuk bebas dan sinar matahari pagi dapat masuk ke dalam
kandang.
Tinggi panggung dari tanah dapat dibuat minimal 50 – 70 cm. Tinggi ruang
utama dari alas sampai atap kurang lebih 2 meter. Pada kandang dobel,
palung pakan dibuat di tengah kandang, sehingga meski tinggi panggung 2 meter,
petani peternak akan lebih mudah memberikan pakan dan minum lewat jalan di atas
lantai tengah. Ukuran alas palung pakan 25 – 40 cm, lebar bagian atas 40 – 50
cm, tinggi atau dalam palung 30 – 40 cm.
Lubang untuk masuk kepala domba mencapai pakan antara 20 – 25 cm. Palung
pakan harus dibuat rapat, agar bahan pakan yang diberikan tidak tercecer keluar.
Kandang panggung bersekat secara individu untuk tujuan penggemukan,
biasanya yang digemukkan adalah pejantan. Tujuan disekat-sekat dengan ukuran 50
cm x 120 cm per ekor yang dilengkapi tempat pakan dan minum. Hal ini
dimaksudkan untuk menjamin kesehatan ternak serta membatasi domba bergerak
secara leluasa.
Kebutuhan ruang (ekor/cm2) Kambing/domba berdasarkan status fisiologis
ternak dan umur (bulan) ternak.
No.
|
Status
Fisiologis Ternak
|
Umur
(bulan)
|
Ukuran
(Ekor/cm2)
|
1.
|
Jantan dewasa
|
> 12
|
100 cm x 120
cm
|
2.
|
Betina dewasa
|
> 12
|
100 cm x 100
cm
|
3.
|
Induk
menyusui + jumlah anak (0 – 3 bulan/ekor)
|
> 12
|
100 cm x 100
cm + jumlah anak x (50 cm x 100 cm)
|
4.
|
Anak Sapihan
|
3 - 7
|
50 cm x 100
cm
|
5.
|
Jantan/betina muda
|
7 - 12
|
75 cm x 100
cm
|
6.
|
Jantan
bakalan untuk penggemukan
|
+ 12
|
50 cm x 120
cm
|
B). Tipe kandang Lemprak.
Kandang tipe lemprak merupakan
kandang yang umum digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak
tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralaskan kotoran dan
sisa-sisa pakan hijauan. Kandang juga tidak dilengkapi dengan palung pakan,
dalam menyajikan pakan hanya diserakkan di atas lantai. Pemberian pakan
umumnya berlebihan, sehingga didapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan
dibongkar setelah 3 - 6 bulan kemudian.
Informasi Penunjang
Sistem perkandangan merupakan salah satu sub sistem dari Sub sistem teknologi
produksiternak domba ditinjau dari segi / bidang agribisnis;
sedangkan sub sistem teknologi produksimerupakan salah satu dari
sistem agribisnis. Sub Sistem Teknologi Produksi yang dimaksud adalah :
1). Teknologi
Pembibitan dan Reproduksi ternak,
2). Teknologi
Pakan,
3). Tatalaksana /
pengelolaan Sistem Perkandangan,
4).Pengendalian /
pencegahan dan pengobatan penyakit ternak,
5). Panen,
6). Pasca panen,
7). Pemasaran hasil
Sistem adalah serangkaian kegiatan yang merupakan satu kesatuan utuh, dan
sistem terdiri dari sub sistem - sub sistem, diantara sub sistem-sub sistem
terjadi saling keterkaitan yang mempunyai fungsi berbeda tetapi tidak bisa
terpisahkan (harus utuh). Sub sistem teknologi produksi
tersebut di atas juga merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa
dipisah-pisahkan, kesemuanya saling terkait, kesemuanya penting. Selanjutnya
Sistem Agribisnis minimal terdiri dari empat (4) sub sistem, yaitu :
1).Sub Sistem Pengadaan dan Penyaluran Saprodi/Sapronak;
2). Sub Sistem
Teknologi Produksi;
3). Sub
Sistem Panen dan Pasca Panen;
4). Sub Sistem Pemasaran Hasil.